Bencana Kabut Asap
Assalamualaikum Wr. Wb
(diketik sendiri dan tidak copy paste.)
Seperti yang kita ketahui, bulan September 2019 silam, telah terjadi bencana kabut asap yang banyak memakan korban jiwa. Bencana ini bukan pertamakalinya terjadi. Bencana kabut asap kerap terjadi setiap hampir setiap tahun. Di bebrapa kejadian juga, murid-murid turut diliburkan untuk menghindari penyakit.
Bencana kabut asap terjadi di Indonesia, khususnya wilayah pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Bukan hanya di Indonesia, Kabut asap bahkan menyebar hingga negara Malaysia dan Singapura. Pada wilayah Sumatera, titik api tertinggi berada di Riau dan Jambi. Sedangkan untuk wilayah Kalimantan, titik api tertinggi berada di Palangkaraya dan daerah sekitarnya.
Bencana kabut asap pada tahun ini, lumayan banyak memakan korban jiwa. Dari mulai usia balita hingga lansia. Banyak juga masyarakt yang terkena dampak kabut asap ini, seperti terkena penyakit ISPA, Sesak nafas, mata perih, gejala pusing, dan masih banyak lagi. Namun pada umumnya, penyakit yang paling banyak ditemui adalah penyakit ISPA. Adapun gejala-gejala ISPA seperti batuk, bersin-bersin, pilek, sesak nafas, nyeri tenggorokan, demam, sakit kepala, dan lain-lain.
Saya sebagai seorang siswa yang sudah berulang kali merasakan bencana kabut asap ini, turut prihatin dengan kondisi-kondisi masyarakat di sini dan di luar sana yang merasakn dampak kabut asap yang sangat membahayakan. Terkadang masih terlihat masyarakat yang enggan/gengsi untuk menggunakan masker pada saat beraktivitas di luar rumah. Padahal masker itu sangat penting untuk menjaga sistem pernafasan kita dari bahaya nya udara yang kita hirup.
Jangan kalian pikir kabut asap itu hanya asap yang 'biasa-biasa' saja. Kandungan udara pada kabut asap terdiri dari gas karbon dioksida (CO2), nitrous oksida (N20), nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO). Ada juga unsur yang lebih berbahaya karena jumlahnya sangat banyak, dan wujudnya sangat halus, yakni partikulan logam berat. Ukurannya dari 2,5 mikron hingga 0,1 mikron, seperti krom (Cr), kadmium (Cd), dan nikel (Ni).
Begitu banyaknya senyawa-senyawa yang berbahaya yang dapat kita temukan pada kabut asap. Maka dari itu, kita harus lebih waspada dan berhati-hati dalam menghadapi bencana kabut asap. Sebaiknya dirumah kita menggunakan 'Air Purifier' untuk menyaring udara yang masuk. Namun, adapun alternatif lain untuk menyaring udara yang masuk, yaitu dengan cara meletakkan handuk yang sudah kita basahkan di bawah pintu-pintu ruangan yang ada di rumah. Dan juga menutup jendela rumah kita dengan plastik untuk meminimalisir kadar udara yang masuk.
Sekian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila ada kesalahan/kekurangan kata. Diakhir kata saya ucapkan,
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bencana kabut asap pada tahun ini, lumayan banyak memakan korban jiwa. Dari mulai usia balita hingga lansia. Banyak juga masyarakt yang terkena dampak kabut asap ini, seperti terkena penyakit ISPA, Sesak nafas, mata perih, gejala pusing, dan masih banyak lagi. Namun pada umumnya, penyakit yang paling banyak ditemui adalah penyakit ISPA. Adapun gejala-gejala ISPA seperti batuk, bersin-bersin, pilek, sesak nafas, nyeri tenggorokan, demam, sakit kepala, dan lain-lain.
Saya sebagai seorang siswa yang sudah berulang kali merasakan bencana kabut asap ini, turut prihatin dengan kondisi-kondisi masyarakat di sini dan di luar sana yang merasakn dampak kabut asap yang sangat membahayakan. Terkadang masih terlihat masyarakat yang enggan/gengsi untuk menggunakan masker pada saat beraktivitas di luar rumah. Padahal masker itu sangat penting untuk menjaga sistem pernafasan kita dari bahaya nya udara yang kita hirup.
Jangan kalian pikir kabut asap itu hanya asap yang 'biasa-biasa' saja. Kandungan udara pada kabut asap terdiri dari gas karbon dioksida (CO2), nitrous oksida (N20), nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO). Ada juga unsur yang lebih berbahaya karena jumlahnya sangat banyak, dan wujudnya sangat halus, yakni partikulan logam berat. Ukurannya dari 2,5 mikron hingga 0,1 mikron, seperti krom (Cr), kadmium (Cd), dan nikel (Ni).
Begitu banyaknya senyawa-senyawa yang berbahaya yang dapat kita temukan pada kabut asap. Maka dari itu, kita harus lebih waspada dan berhati-hati dalam menghadapi bencana kabut asap. Sebaiknya dirumah kita menggunakan 'Air Purifier' untuk menyaring udara yang masuk. Namun, adapun alternatif lain untuk menyaring udara yang masuk, yaitu dengan cara meletakkan handuk yang sudah kita basahkan di bawah pintu-pintu ruangan yang ada di rumah. Dan juga menutup jendela rumah kita dengan plastik untuk meminimalisir kadar udara yang masuk.
Sekian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila ada kesalahan/kekurangan kata. Diakhir kata saya ucapkan,
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Maka, apakah asap dapat menggangu pendengaran kita juga? Apakah kita bisa tukik?
ReplyDelete